Setiap inovasi diciptakan untuk memberikan manfaat positif bagi kehidupan manusia. Memberikan banyak kemudahan, serta sebagai cara baru dalam melakukan aktivitas manusia. Khusus dalam bidang teknologi informasi (TI), masyarakat sudah menikmati banyak manfaat yang dibawa oleh inovasi-inovasi yang telah dihasilkan dalam dekade terakhir ini.
Category: ICT
My view on ICT Industry
Digital Divide : The Three Stages
The economic divide is a non-issue, but the usability and empowerment divides alienate huge population groups who miss out on the Internet’s potential.
The “digital divide” refers to the fact that certain parts of the population have substantially better opportunities to benefit from the new economy than other parts of the population. Most commentators view this in purely economic terms. However, two other types of divide will have much greater impact in the years to come
Sistem ICT Satu Atap Mutlak dan Harus
Globalisasi telah menyeret negara-negara dunia terjun ke ranah yang dihuni unsur informasi dan teknologi ini, tak terkecuali Indonesia. Namun dari kacamata Elisa, dalam satu dekade terakhir, Indonesia cukup berhasil mengimbangi penyerapan tren informasi dan teknologi dunia. Hal itu dibuktikan dari beberapa regulasi ICT (Information & Communications Technology) era pasca reformasi yang ternyata dipandang lebih peka terhadap ekspektasi industri.
Namun disisi lain, kemutakhiran regulasi tersebut tidak sepenuhnya mampu menutup celah-celah minor industri ICT. Beberapa permasalahan klasik seperti investasi, pilihan model business (baca: business model, el) oleh pemerintah yang dinilai tidak pas masih menjadi isu sentral dan aktual.
Bahkan dua fakta ini berpotensi menghambat laju kemajuan industri ICT. Elisa juga sempat menggulirkan jalan keluar untuk memicu kemajuan signifikan di industri syarat teknologi ini, seperti juga eksekusi di tiga area ICT dan pembentukan lembaga berbasis single window dibarengi lift frog(baca: leap frog) dan political will yang tinggi dari pemerintah.
Ekonomi Digital
Tidak ada istilah yang lebih baik dalam menggambarkan situasi dan perkembangan ekonomi dunia dewasa ini yang bagaikan guncangan tektonik, perubahan yang revolusioner, paradigma baru, ataupun transformasi yang bak badai tsunami. Karakterisasi yang cenderung ekstrim bukan disebabkan oleh karena dunia sedang tergila-gila dengan hiperbolisme. Pemilihan bahasa ini mengalir begitu saja dari berbagai upaya yang dilakukan oleh beberapa kalangan seperti para pemimpin dunia usaha, akademis maupun jurnalis untuk memberikan gambaran yang paling tepat bagi kondisi ekonomi saat ini. Adanya kecenderungan bahwa dunia saat ini akan menuju ke arah yang tanpa batas menjadi katalisator utama situasi ekonomi yang tidak pernah pasti.