The only thing that we have control over is ourselves.
Jadi, dalam melihat sekeliling kita, dalam posisi apapun kita, baik di dalam lingkungan kerja, sosial, dan keluarga, seharusya kita sadar bahwa tuntutan untuk beradaptasi dari lingkungan kita terhadap kita adalah merupakan tuntutan yang berlebihan. Yang lebih realistik adalah bagaimana kita dapat beradaptasi dengan lingkungan kita, sambil berusaha mempengaruhi lingkungan kita ke arah yang kita inginkan.
Look at the world “as it is,” not as you might “wish to be.” –Jack Welch
Ibarat air yang mengalir, selalu mencari tempat yang lebih rendah dan tanpa hambatan supaya dapat tetap mengalir. Lama kelamaan, aliran airnya makin besar, hingga membentuk sungai. Hal ini disebabkan karena berkumpulnya air dari berbagai sumber air ke tempat yang lebih rendah menyatu di suatu muara. Dalam perjalannya, bias saja dihambat oleh tanah atau batu. Lama kelamaan bentuk tanah/batu itupun berubah karena dikikis oleh aliran air. Demikianlah kita dapat beradaptasi dan mempengaruhi lingkungan kita.
“ It’s not the strongest of the species
that survives, nor the most intelligent;
but the one most responsive to change.”
—Charles Darwin
Kemampuan kita beradaptasi sangat menentukan apakah kita akan berhasil dalam kehidupan kita, demikian juga dalam dunia profesi.
Alasan lain adalah kita hidup di lingkungan yang mengalami banyak sekali perubahan, jadi yang mampu beradaptasi terhadap perubahan adalah yang mampu bertahan dan berkembang.
“If you’re reacting to change, you’re too late. You must anticipate change. You must understand change as an opportunity and make it happen.” –Jurgen Hambrecht
Tapi, mampu beradaptasi bukan berarti tidak punya pendirian. Kemampuan beradaptasi adalah merupakan salah satu kemampuan yang diperlukan untuk mampu melakukan ”Simplify Complexity”. Karena dengan kemampuan ini kita tidak lagi korban dari perubahan, tetapi menjadi agen dari perubahan. ELT